Jumat, 09 November 2007

Dian [sudah] Padam…?!?!

Katakanlah untuk membangun peradaban ada tiga jalan; keberpihakan kepada kemanusiaan, rasionalitas dan spiritualitas. Kemanusiaan akan diwujudkan lewat aksi, sikap serta tindakan yang berpihak kepada kemanusiaan, rasionalitas mesti terwujud lewat keilmuan dan tradisi intelegensia semisal; diskusi, menulis dan membaca, spiritualitas menjadi penting untuk menjadi pakem bagi rasionalitas yang terlampau melambung.

Untuk mewujudkan ketiga cita-cita tadi salah satunya dengan cara membuat ruang publik, public atmosphere. Dimana aspirasi kemanusiaan, rasionalitas dan spiritualitas dapat tersampaikan.

Ruang publik ini bisa berbentuk media massa seperti bulletin, jurnal, majalah, koran; media elektronik televisi, radio, ataupun hanya sebatas forum diskusi. Maka dari itu JEJAK adalah salah satu ruang publik yang sengaja dibuat oleh Hima-Himi Komisariat UIN SGD Bandung. Untuk memfasilitasi segala erang dan jeritan kemanusiaan, berbentuk tulisan yang penuh dengan argumentasi.

Tak ayal lagi dalam setiap penerbitannya, JEJAK selalu berpihak kepada kemanusiaan secara utuh dan menyeluruh. Dengan jargon Menapak, Menerobos, Mengukir Sejarah dimaksudkan sebagai pelecut kepada setiap umat manusia, intelegensia khususnya, untuk mengukir sejarah dengan cara menapak dan menerobos segala aral rintang yang menghadang. Iqbal mengatakan jangan hidup menjadi beban sejarah saja. Secara singkat dan sarkas dapat disebutkan mending jangan hidup kalau mau jadi beban sejarah saja mah. Senada dengan Iqbal, Akhdiat mengatakan orang yang tidak merasa menjadi khalifatullah maka mendingan minggir …!

Begitulah, cita-cita peradaban akan tersampaikan manakala manusia mengerti dan paham akan keberADAanya di bumi ini. Kalau nggak nyadar … jangan harap! Mendasarkan kepada kesadaran ini pula lah JEJAK menapakan diri untuk mengukir sejarah.

Salah satu aspek yang sangat urgen dalam perdaban adalah rasionalitas. Terkait dengan hal ini, kita akan mendapatkan bukti historisnya. Ketika lembaran zaman modern dibuka dengan jargon aku berpikir maka aku ada. Maka berpikir, adalah kepanjangan tangan dari rasionalitas. Rasio adalah cahaya bagi zaman modern. Rasio adalah dian, dan dian adalah lentera yang akan membawa menerangi di saat kegelapan.

Selamat membaca, mari kita bangun peradaban …!

Tidak ada komentar: